Bahagia, Ada Pada Jiwa Yang Bisa Bersyukur

Tuesday, September 16, 2008

Bahagia, Ada Pada Jiwa Yang Bisa Bersyukur


Pernah membayangkan, bagaimana seseorang menulis buku, bukan dengan
tangan
atau anggota tubuh lainnya, tetapi dengan kedipan kelopak mata
kirinya?

Jika Anda mengatakan itu hal yang mustahil untuk dilakukan, tentu
saja Anda belum mengenal orang yang bernama Jean-Dominique Bauby. Dia pemimpin redaksi
majalah Elle, majalah kebanggaan Prancis yang digandrungi wanita
seluruh dunia.
Betapa mengagumkan tekad dan semangat hidup maupun kemauannya untuk
tetap menulis dan membagikan kisah hidupnya yang begitu luar biasa. Ia
meninggal tiga hari setelah bukunya diterbitkan. Setelah tahu apa yang dialami
si Jean dalam menempuh hidup ini, pasti Anda akan berpikir, "Berapa pun
problem dan stres dan beban hidup kita semua, hampir tidak ada artinya
dibandingkan
dengan si Jean!"

Tahun 1995, ia terkena stroke yang menyebabkan seluruh tubuhnya
lumpuh. Ia
mengalami apa yang disebut locked-in syndrome, kelumpuhan total yang
disebutnya "Seperti pikiran di dalam botol". Memang ia masih dapat
berpikir
jernih tetapi sama sekali tidak bisa berbicara maupun bergerak.
Satu-satunya
otot yang masih dapat diperintahnya adalah kelopak mata kirinya.
Jadi itulah
cara dia berkomunikasi dengan para perawat, dokter rumah sakit,
keluarga dan
temannya.

Begini cara Jean menulis buku. Mereka (keluarga, perawat,
teman-temannya)
menunjukkan huruf demi huruf dan si Jean akan berkedip apabila huruf
yang
ditunjukkan adalah yang dipilihnya. "Bukan main," kata Anda.

Ya, itu juga reaksi semua yang membaca kisahnya. Buat kita, kegiatan
menulis
mungkin sepele dan menjadi hal yang biasa. Namun, kalau kita disuruh
"menulis" dengan cara si Jean, barang kali kita harus menangis dulu
berhari-hari dan bukan buku yang jadi, tapi mungkin meminta ampun
untuk
tidak disuruh melakukan apa yang dilakukan Jean dalam pembuatan
bukunya.

Tahun 1996 ia meninggal dalam usia 45 tahun setelah menyelesaikan
memoarnya
yang ditulisnya secara sangat istimewa. Judulnya, "Le Scaphandre" et
le
Papillon (The Bubble and the Butterfly).

Jean adalah contoh orang yang tidak menyerah pada nasib yang
digariskan
untuknya. Dia tetap hidup dalam kelumpuhan dan tetap berpikir jernih
untuk
bisa menjadi seseorang yang berguna, walaupun untuk menelan ludah
pun, dia
tidak mampu, karena seluruh otot dan saraf di tubuhnya lumpuh.
Tetapi yang
patut kita teladani adalah bagaimana dia menyikapi situasi hidup
yang
dialaminya dengan baik dan tetap menjadi seorang manusia (bahasa
Sansekerta
yang berarti pikiran yang terkendali), bahkan bersedia berperan
langsung
dalam film yang mengisahkan dirinya.

Jean, tetap hidup dengan bahagia dan optimistis, dengan kondisinya
yang
seperti sosok mayat bernapas. Sedangkan kita yang hidup tanpa punya
problem
seberat Jean, sering menjadi manusia yang selalu mengeluh..! Coba
ingat-ingat apa yang kita lakukan. Ketika mendapat cuaca hujan,
biasanya
menggerutu. Sebaliknya, mendapat cuaca panas juga menggerutu. Punya
anak
banyak mengeluh, tidak punya anak juga mengeluh. Carl Jung, pernah
menulis
demikian: "Bagian yang paling menakutkan dan sekaligus menyulitkan
adalah
menerima diri sendiri secara utuh, dan hal yang paling sulit dibuka
adalah
pikiran yang tertutup!"

Maka, betapapun kacaunya keadaan kita saat ini, bagi yang sedang
stres
berat, yang sedang berkelahi baik dengan diri sendiri maupun melawan
orang
lain, atau anggota keluarga yang sedang tidak bahagia karena
kebutuhan
hidupnya tidak terpenuhi, yang baru mendapat musibah kecelakaan atau
bencana, bagi yang sedang di-PHK, ingatlah kita masih bisa menelan
ludah,
masih bisa makan dan menggerakkan anggota tubuh lainnya. Maka
bersyukurlah,
dan berbahagialah...!

Jangan menjadi pengeluh, penggerutu, penuntut abadi, tapi
bijaksanalah untuk
bisa selalu think and thank (berpikir, kemudian berterima kasih/
bersyukurl).

Dalam artikel yang berjudul Kegagalan & Kesuksesan Hasil Konsekuensi
Pikiran
( SPM 26 Februari 2005) dituliskan, seseorang yang sadar sepenuhnya,
dia
datang ke dunia ini hanya dibekali sebuah nyawa (jiwa). Nah, nyawa
itu harus
dirawat dengan menjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Dengan
nyawa
ini pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di manapun dia berada,
dan dalam
kondisi apapun, dia harus bisa bahagia. Kunci kebahagiaan adalah
bersyukur!
Mensyukuri apa yang kita dapat itu penting, termasuk sebuah nyawa
agar kita
bisa hidup di alam ini. Dan kebahagiaan bisa dibuat, dengan tidak
meminta
(menuntut) apapun pada orang lain, tetapi memberikan apa yang bisa
diberikan
kepada orang lain agar mereka bahagia. Jadilah seseorang yang merasa
ada
gunanya untuk kehidupan ini.

Untuk itu, Anda bisa mendengarkan intuisi sendiri sehingga bertindak
sesuai
nurani dan menghasilkan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Hadapi
hidup
dengan tabah karena orang-orang beruntung bukan tidak pernah gagal.

Bukan tidak pernah ditolak, juga bukan tidak pernah kecewa. Justru
banyak
orang yang sukses itu sebetulnya orang yang telah banyak mengalami
kegagalan.

Berpikirlah positif, Anda akan menjadi orang yang beruntung. Banyak
cerita
tentang keberuntungan berasal dari kejadian-kejadian yang tidak
menguntungkan. Misalnya, kehilangan pekerjaan memunculkan ide besar
untuk
mulai bisnis sendiri dan menjadi majikan. Ditolak pun bisa
mendatangkan
kesuksesan. Tetapi, untuk mendapatkan keberuntungan diperlukan
usaha.

Dan mulailah sekarang juga untuk berusaha!


Untuk mendapatkan cerita selengkapnya silakan download file pdf di bawah ini
Download PDF

0 Comments: