3 Pintu Kebijaksanaan

Tuesday, September 16, 2008

3 Pintu Kebijaksanaan

Seorang Raja, mempunyai anak tunggal yg pemberani, trampil dan
pintar. Untuk menyempurnakan pengetahuannya, ia mengirimnya kepada
seorang pertapa bijaksana.
"Berikanlah pencerahan padaku tentang Jalan Hidupku" Sang Pangeran
meminta.
"Kata-kataku akan memudar laksana jejak kakimu di atas pasir", ujar
Pertapa."Saya akan berikan petunjuk padamu, di Jalan Hidupmu engkau
akan menemui 3 pintu.
Bacalah kata-kata yang tertulis di setiap pintu dan ikuti kata
hatimu.
Sekarang pergilah sang Pertapa menghilang dan Pangeran melanjutkan
perjalanannya. Segera ia menemukan sebuah pintu besar yang di
atasnya tertulis kata "UBAHLAH DUNIA"
"Ini memang yang kuinginkan" pikir sang Pangeran. "Karena di dunia
ini ada hal-hal yang aku sukai dan ada pula hal-hal yang tak
kusukai. Aku akan mengubahnya agar sesuai keinginanku"
Maka mulailah ia memulai pertarungannya yang pertama, yaitu mengubah
dunia. Ambisi, cita-cita dan kekuatannya membantunya dalam usaha
menaklukkan dunia agar sesuai hasratnya. Ia mendapatkan banyak
kesenangan dalam usahanya tetapi hatinya tidak merasa damai. Walau
sebagian berhasil diubahnya tetapi sebagian lainnya menentangnya.
Tahun demi tahun berlalu. Suatu hari, ia bertemu sang Pertapa
kembali.
"Apa yang engkau pelajari dari Jalanmu ?" Tanya sang Pertapa
"Aku belajar bagaimana membedakan apa yang dapat klakukan dengan
kekuatanku dan apa yang di luar kemampuanku, apa yang tergantung
padaku dan apa yang tidak tergantung padaku" jawab Pangeran
"Bagus! Gunakan kekuatanmu sesuai kemampuanmu. Lupakan apa yang
diluar kekuatanmu, apa yang engkau tak sanggup mengubahnya" dan sang
Pertapa menghilang.
Tak lama kemudian, sang Pangeran tiba di Pintu kedua yang
bertuliskan "UBAHLAH SESAMAMU"
"Ini memang keinginanku" pikirnya. "Orang-orang di sekitarku adalah
sumber kesenangan, kebahagiaan, tetapi mereka juga yang mendatangkan
derita, kepahitan dan frustrasi"
Dan kemudian ia mencoba mengubah semua orang yang tak disukainya. Ia
mencoba mengubah karakter mereka dan menghilangkan kelemahan mereka.

Ini menjadi pertarungannya yang kedua.
Tahun-tahun berlalu, kembali ia bertemu sang Pertapa.
"Apa yang engkau pelajari kali ini?"
"Saya belajar, bahwa mereka bukanlah sumber dari kegembiraan atau
kedukaanku, keberhasilan atau kegagalanku. Mereka hanya memberikan
kesempatan agar hal-hal tersebut dapat muncul. Sebenarnya di dalam
dirikulah segala hal tersebut berakar"
"Engkau benar" Kata sang Pertapa. "Apa yang mereka bangkitkan dari
dirimu, sebenarnya mereka mengenalkan engkau pada dirimu sendiri.
Bersyukurlah pada mereka yang telah membuatmu senang & bahagia dan
bersyukur pula pada mereka yang menyebabkan derita dan frustrasi.
Karena melalui mereka lah, Kehidupan mengajarkanmu apa yang perlu
engkau kuasai dan jalan apa yang harus kau tempuh"
Kembali sang Pertapa menghilang.
Kini Pangeran sampai ke pintu ketiga "UBAHLAH DIRIMU"
"Jika memang diriku sendiri lah sumber dari segala problemku, memang
disanalah aku harus mengubahnya". Ia berkata pada dirinya sendiri.
Dan ia memulai pertarungannya yang ketiga. Ia mencoba mengubah
karakternya sendiri, melawan ketidak sempurnaannya, menghilangkan
kelemahannya, mengubah segala hal yg tak ia sukai dari dirinya, yang
tak sesuai dengan gambaran ideal.
Setelah beberapa tahun berusaha, dimana sebagian ia berhasil dan
sebagian lagi gagal dan ada hambatan, Pangeran bertemu sang Pertapa
kembali.
"Kini apa yang engkau pelajari ?"
"Aku belajar bahwa ada hal-hal di dalam diriku yang bisa
ditingkatkan dan ada yang tidak bisa saya ubah"
"Itu bagus" ujar sang pertapa. "Ya" lanjut Pangeran, "tapi saya
mulai lelah untuk bertarung melawan dunia, melawan setiap orang dan
melawan diri sendiri. Tidakkah ada akhir dari semuai ini ? Kapan
saya bisa tenang ? Saya ingin berhenti bertarung, ingin menyerah,
ingin meninggalkan semua ini !"
"Itu adalah pelajaranmu berikutnya" ujar Pertapa. Tapi sebelum itu,
balikkan punggungmu dan lihatlah Jalan yang telah engkau tempuh".
Dan ia pun menghilang.
Ketika melihat ke belakang, ia memandang Pintu Ketiga dari kejauhan
dan melihat adanya tulisan di bagian belakangnya yang berbunyi
"TERIMALAH DIRIMU".
Pangeran terkejut karena tidak melihat tulisan ini ketika melalui
pintu tsb.
"Ketika seorang mulai bertarung, maka ia mulai menjadi buta" katanya
pada dirinya sendiri.
Ia juga melihat, bertebaran di atas tanah, semua yang ia campakkan,
kekurangannya, bayangannya, ketakutannya. Ia mulai menyadari
bagaimana mengenali mereka, menerimanya dan mencintainya apa adanya.

Ia belajar mencintai dirinya sendiri dan tidak lagi membandingkan
dirinya dengan orang lain, tanpa mengadili, tanpa mencerca dirinya
sendiri.
Ia bertemu sang Pertapa, dan berkata "Aku belajar, bahwa membenci
dan menolak sebagian dari diriku sendiri sama saja dengan mengutuk
untuk tidak pernah berdamai dengan diri sendiri. Aku belajar untuk
menerima diriku seutuhnya, secara total dan tanpa syarat."
"Bagus, itu adalah Pintu Pertama Kebijaksanaan" , ujar Pertapa.
"Sekarang engkau boleh kembali ke Pintu Kedua"
Segera ia mencapai Pintu Kedua, yang tertulis di sisi belakangnya
"TERIMALAH SESAMAMU"
Ia bisa melihat orang-orang di sekitarnya, mereka yang ia suka dan
cintai, serta mereka yang ia benci. Mereka yang mendukungnya, juga
mereka yang melawannya.
Tetapi yang mengherankannya, ia tidak lagi bisa melihat
ketidaksempurnaan mereka, kekurangan mereka. Apa yang sebelumnya
membuat ia malu dan berusaha mengubahnya.
Ia bertemu sang Pertapa kembali, "Aku belajar" ujarnya "Bahwa dengan
berdamai dengan diriku, aku tak punya sesuatupun untuk dipersalahkan
pada orang lain, tak sesuatupun yg perlu ditakutkan dari merela. Aku
belajar untuk menerima dan mencintai mereka, apa adanya.
"Itu adalah Pintu Kedua Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa, "Sekarang
pergilah ke Pintu Pertama"
Dan di belakang Pintu Pertama, ia melihat tulisan "TERIMALAH DUNIA"
"Sungguh aneh" ujarnya pada dirinya sendiri "Mengapa saya tidak
melihatnya sebelumnya". Ia melihat sekitarnya dan mengenali dunia
yang sebelumnya berusaha ia taklukan dan ia ubah.
Sekarang ia terpesona dengan betapa cerah dan indahnya dunia. Dengan
kesempurnaannya.
Tetapi, ini adalah dunia yang sama, apakah memang dunia yang berubah
atau cara pandangnya?
Kembali ia bertemu dengan sang Pertapa : "Apa yang engkau pelajari
sekarang ?"
"Aku belajar bahwa dunia sebenarnya adalah cermin dari jiwaku. Bahwa
Jiwaku tidak melihat dunia melainkan melihat dirinya sendiri di
dalam dunia. Ketika jiwaku senang, maka dunia pun menjadi tempat
yang menyenangkan. Ketika jiwaku muram, maka dunia pun kelihatannya
muram.
Dunia sendiri tidaklah menyenangkan atau muram. Ia ADA, itu saja.
Bukanlah dunia yang membuatku terganggu, melainkan ide yang aku
lihat mengenainya. Aku belajar untuk menerimanya tanpa menghakimi,
menerima seutuhnya, tanpa syarat.
"Itu Pintu Ketiga Kebijaksanaan" ujar sang Pertapa. "Sekarang engkau
berdamai dengan dirimu, sesamamu dan dunia" Sang pertapa pun
menghilang.
Sang pangeran merasakan aliran yang menyejukkan dari kedamaian,
ketentraman, yang berlimpah merasuki dirinya. Ia merasa hening dan
damai.


Untuk mendapatkan cerita selengkapnya silakan download file pdf di bawah ini
Download PDF

0 Comments: